Selasa, 20-11-17
Tim ASMOPS Indonesia berpose setelah pengumuman pemenang. Yey, dapet silver euy!!!
Akhirnya,
selesai juga ASMOPS & ASMO 2017. Nanti kita ada acara city tour, habis itu malemnya closing
ceremony plus pengumuman. Deg-degan juga. Plus, aku juga sedih, karena
habis itu sudah nggak bisa main bareng lagi, kecuali kalau kita kebetulan
ketemu atau janjian.
Btw, kami city tournya pertama-tama ke Pattaya
Floating Market. Sebenarnya itu bukan kayak pasar apung yang di atas sampan
kayak bayanganku, tapi lebih mirip bangunan yang didirikan di atas danau. Yah,
nggak papa lah. Yang penting bisa beli oleh-oleh. Habis
jalan-jalan sebentar, kami ke ‘sisi lain’ dari Floating Market naik semacam
mobil amfibi. Sebelumnya Kak Faris sempet debat dulu sama turis lain. Pasalnya,
kami sudah pesen tiket duluan. Nah, si turisnya itu nggak mau ngalah. Ngotot
bilang mereka juga sudah pesen tiket. Akirnya kami naik bareng-bareng.
Di
sana kami sempet masuk ke semacam museum tradisional gitu lah. Di sana ada
banyak kayak apa namanya? Diorama patung? Entahlah. Pokoknya kayak yang biasanya
ada di museum, itu loh, peragaan patung-patung. Disana juga ada koleksi
rempah-rempah banyak. Habis dari museum
kita lanjut lagi, mau nonton pertunjukan monyet. Di sana juga ada yang jualan.
Ada yang jualan minuman sama kayak tas n dompet. Tergoda juga, sih, buat beli.
Tapi masalahnya uangku sudah habis. Kalau nggak salah waktu itu tinggal berapa
ratus dari dua ribu baht gitu lah.
Di sana juga ada kayak gubug, tapi isinya
pajangan jagung. Aku waktu pertama kali ngelihat pajangan jagungnya, aku ketawa.
Dlam hati, aku ngomong: Wah, banyak
banget Niconya. Wow, aku dah kerasukan Hero of Olympus tuh, sampe tiap
lihat jagung yang kepikiran mesti Nico. Untunglah, setidaknya aku belum pernah
keliru mau nulis jagung jadi nulis Nico. Btw, kalau kalian nggak paham juga
nggak papa kok. Malah untung buat aku. Lepas
dari persoalan novel tadi, bayanganku, kok kuker - kurang
kerjaan banget, jagung aja dipamerin. Malahan itu ada turis
foto sama jagung. Perasaan jagung di tiap negara sama aja deh. Iya kalau jagung
di negara asal mereka warnanya merah atau pinklah,
wajar kalau mereka heboh lihat jagung warna oranye.
Peserta ASMOPS city tour di Patayya floating market
Balik
lagi ke monkey shownya. Mungkin ini
kayak versi serunya dari topeng monyet yng biasa lewat. Yang pertama kali
pertunjukkan, monyetnya disuruh ngelepas tali. Jadi ada sukarelawan yang maju,
terus ntar tangannya diiket. Nggak ribet-ribet banget kok, cuma simpul pertama.
Nah, ntar monyetnya suruh ngelepas talinya. Salah satu temanku, Raya, sama
adiknya Fachri jadi sukarelawan. Kan waktu itu monyetnya sempat manjat ke
kepala sukarelawannya. Pingin aku, dirambati monyet kayak gitu. Cuma
masalahnya, aku nggak nyaman kalau harus maju terus ditonton sama banyak orang.
Ya udah deh, lihat aja juga nggak papa.
Terus
ada juga, monyetnya suruh ngelompati lingkaran. Awalnya lingkaran masih polos,
diameternya besar. Si monyet itu kelihatannya lincah banget, tapi terus dikasih
lingkaran yang ada durinya. Si monyet itu entah karena ngeri atau apa, dia
nggak mau ngelewati lingkarannya. Dia lebih pilih menyusup ke celah kecil
antara lingkarannya, gagangnya, sama tanah. Terus ganti monyet, kali ini
monyetnya mau disuruh ngelompati lingkaran. Habis itu ada pertunjukan pake api.
Wih, seru deh pokoknya.
Habis
itu kami kembali lagi ke tempat awal, terus makan-makan. Nah, habis makan aku
sempet keliling sebentar sama Mamanya Satya. Habis itu, aku ditawarin jangkrik
sama Kak Faris sama Pak PJ. Awalnya sempet nlak, tapi karena Kak Faris sama Pak
PJ pantang menyerah, ya udah deh, aku ngambil satu. Habis ngambil si jangkrik
nggak langsung aku makan. Lama, aku perhatiin. Terus akhirnya aku makan itu
jangkrik. Enak ternyata. Rasnya gurih, tapi bukan gurihnya micin. Enak
pokoknya. Aku nggak bisa membandingkan rasa dagingnya apakah rasanya kayak
daging ayam atau daging sapi atau daging lainnya, lha wong dagingnya cuma
secuil. Aku jadi ketagihan. Ternyata banyak juga yang suka.
Mencicipi jangkrik, ada yang mau? Pak PJ dan Kak Faris yang beliin ini. Tante fefe dan Tim menolak ketika ditawari, katanya geli!! Enak padahal!
Habis
dari situ kami ke Frost Magical Ice of Siam. Di depan pintu masuknya ada banyak
patung dari semacam batu kapur. Bagus-bagus, ada yang bentuknya ikan raksasa,
gajah, ataupun orang. Setelah sesi patung-patung tadi, kami masuk ke bangunan
tempat pajangan es yang sebenarnya. Untunglah, di sana dibagikan jaket tebal,
soalnya aku sama sekali nggak persiapan. Gila,
di dalam dingin banget, bro! Aku aja baru masuk sudah langsung menggigil. Di
sana bagus sih, cuma ya itu, dinginnya super. Hidung, mulut, praktis seluruh
wajah itu rasanya kayak membeku. Sayangnya, aku nggak berani foto-foto, takut
hpku rusak kena hawa dingin. Di sana
aku sempet keliling sebentar, sampai wajahku rasanya kayak benar-benar nyaris
beku, baru aku buru-buru cari pintu keluar. Nggak sengaja, aku ketemu perosotan
es. Langsung aja aku melupakan niatku nyari pintu keluar. Habis beberap kali
meluncur, baru aku nyari pintu keluar lagi. Lega banget rasanya bisa
keluar.
Ternyata aku termasuk kembali awal. Di sana sudah ada ibu-ibu, sama
kalau nggak salah juga sudah ada Mafazi. Di
sana aku nemu penjual pop corn. yup, sekali lagi aku ketemu Nico, kali ini dalam
wujud berondong jagung. Langsung aja aku serbu.
Lumayanlah, daripada cuma duduk-duduk sambil bengong. Sayang aku kebagian yang
manis. Padahal aku lebih suka yang gurih. Akhirnya
yang lain ke luar juga. Bibir atau lidahnya Evan malah sudah
kaku. Hpnya siapa, gitu lah, aku lupa, juga sudah trouble. Nggak heran, mereka
lho di dalam lama banget. Aku sampai heran. Mereka pake baju tebalnya berapa
meter, coba. Sampai bermenit-menit di dalam masih betah.
Di
luar, di sesi patung yang tadi, aku sempat ngambil foto beberapa. Untunglah,
hpku nggak rewel. Yang rewel justru baterainya. Sudah tinggal belasan persen.
Mana itu hp kadang ngecas kadang nggak, serba ribet deh pokoknya. Ha! Akhirnya, aku bisa dapet pop
corn yang gurih tanpa ngeluarin uang. Itu namanya impas, Afnan nyomot permen
sama tim tamku, aku ngambil pop cornnya. Nggak semua, tentu saja. Mungkin
seperempatnya, tapi biarlah. Pokoknya dapet :P.
Aku dan Kiona nyaris beku di Frost Magical Ice of Siam. Maklum penduduk tropis hahaha. Kok kemana-mana sama Kiona melulu sih? Ya iyalah, dia teman cewek satu-satunya!
Skip
langsung ke closing ceremonynya. Itu
aku harus pake rok lagi. Mana kali ini roknya sempit. Sama sekali nggak
memungkinkan untuk, yah, melakukan hal-hal ‘cewek’ku. Yang bikin aku makin
dongkol, ternyata Kiona malah pake celana. Bikin iri! Ya ampun,
deg-degan aku. Aku berharap, semoga delegasi Indonesia dapat semua. Atau
setidaknya sebagian besarnya, lah.
Pengumumannya
dimulai dari……ASMOPS MTK! Aku sih cemas-cemas lega. Lega karena setidaknya
masih ada waktu buat bernapas, cemas nunggu giliran yang IPA diumumin. Oke,
sementara itu, mari fokus ke MTK dulu. Alhamdulillah, yang MTK cuma Po’an
yang nggak dapet. Sisanya dapet. Timmy sama Mafazi dapet perunggu. Fernando
sama Satya perak, Josephine emas, pertama lagi. Yang ASMO dapet semua. Ko Axel
sama Ko Edgar dapet perunggu, Ko Aurel sana Ko Aaron dapet emas.
Akhirnya, setelah teriakan
plus sorakan yang membuat pekak telinga walaupun aku juga ikut
bersorak, deg-degan walaupun belum waktunya diumumin, yang IPA disebutkan juga.
Alhamdulillah, kali ini yang IPA cuma dua yang nggak dapet. Nathan kebagian
perunggu. Aku, Evan, sama Fachri dapet perak. Rasanya pingin teriak
sekencang-kencangnya saking senangnya. Apalagi itu untuk kedua kalinya aku
ngalahin Fachri. Plus, aku juga ngalahin Mafazi - yang
popularitasnya di dunia olimpiade mungkin setara dengan Noriko Khang - yang
dapet perunggu. Tapi Evan masih berhasil ngalahin aku. Sementara itu, yang ASMO
dapet dua perak. Ko Jimmy sama Ko Roger. Sayang banget Kak Shallom sama Kak
Kaisar nggak dapet. Well, tapi yang IPA tim ASMOPS juga
dapet juara. Jadi, walaupun Kak Kaisar sama Kak Shallom nggak dapet medali
individu, mereka juga dapet medali tim. Yang tim ASMO MTK juga dapet. Emas
malah. Yang SD sama sekali nggak ada tim yang dapet.
Rabu, 21-11-17
Sedih
juga, hari ini kami kembali ke Indonesia. Itu artinya sudah nggak bisa bersama
lagi deh. Tapi seneng juga, sih. Soalnya setelah seminggu di negeri orang,
akhirnya bisa pulang. Sebelum pulang,
masih ada waktu beberapa jam kalau mau renang atau ke pantai. Beberapa anak mau
renang dulu, sementara Bu Ani sama Pak Drajat katanya mau ke pantai sama Kak
Kaisar n Kak Shallom. Aku sih lebih milih ikut ke pantai. Jadi, kami ke pantai
jalan kaki. Kelihatannya niat awalnya Bu Ani sama Pak Drajat itu mau mampir ke
toko, mau beli oleh-oleh. Cuma tokonya belum buka. Ya udah, kami terus aja ke
pantai.
Btw,
pantainya cukup rame. Tapi selain manusia juga ada banyak anjing di sana. Di
sana juga ada kayak yang di Hollywood. Huruf-huruf H-O-L-L-Y dst dipajang di atas bukit. Cuma
yang ini tulisannya Pattaya. Kami masih jalan terus, nyari tempat yang agak
sepi. Seperti biasa, aku nggak pernah bisa
menahan godaan untuk tidak bermain ombak di pantai. Jadi, aku lepas kaus ASMOPS
sama sandalku, terus nyebur. Kak Kaisar juga ikut nyebur, kami main sampai agak
ke tengah.
Pulangnya,
kami nggak jalan kaki. Kami naik kayak angkot gitu lah, cuma yang ini mobilnya
lebih mirip pick-up. Karena aku sama Kak Kaisar basah kuyup, kami berdiri di
belakang. Aku sih enjoy aja. Kapan
lagi bisa kayak gini di negeri orang? Waktu itu, kami sempet diketawain sama
orang bule.
Seluruh peserta berfoto bersama. Aku dimana ya? Cari aja yang berjilbab, coz akulah satu-satunya peserta berhijab disana.
I always was concerned in this topic and stock still
BalasHapusam, thanks for putting up.
Were you one of the participant? Where you come from?
BalasHapusWere you one of the participant? Where did you come from?
BalasHapus