Buat kalian yang nggak sempet beli bukunya ato nggak ada kuota buat donlut versi PDFnya (yang resmi, ofkors), ini aku mau bagi resensinya. Tapi ya gitu, cuma resensi. Kan nggak seru kalo aku spoiler-in seluruh ceritanya. So here it is!
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 359 halaman (+ 2 bonus cerpen)
Kapan lagi bisa menemukan petualangan tak terencana
di sela-sela karyawisata?
Di
tangan Ali si anak ajaib, selalu ada hal tak terduga menunggu. Alat yang dia
bawa ke karyawisata sekolah tiba-tiba mendeteksi kekuatan dunia paralel
berskala sepuluh! Bayangkan, kekuatan sebesar itu di situs bersejarah yang
selama ini menjadi destinasi wisata terkenal.
Kontan
saja Ali melupakan karyawisata sekolahnya. Dan di mana Ali berkemauan, dia tak terhentikan.
Akhirnya Raib dan Seli pun ikut terseret dalam petualangan dadakan ini. Ditemani
ILY, mereka bertualang menuju ruangan misterius di bawah tanah, ruangan yang
dijaga sekaligus menjaga dua monster di dalamnya. Di sana mereka berkenalan
dengan Aldebaran, klan yang merupakan awal dari semuanya, terutama kekuatan
Ali. Di sana pula mereka berkenalan dengan teman baru, si kembar yang selalu
menghilang setiap malam.
Tapi
demi keluar dari ruangan itu, Ra harus memilih, sohib atau dua teman barunya.
- * -
Seminggu setelah karyawisata, terjadi kehebohan
gegara penampakan UFO di langit situs bersejarah terkenal. Benda terbang berbentuk
seperti ILY tersebut dikemudikan oleh Batozar, seorang buronan Klan Bulan yang
kabur dari penjara dan sedang menghindari Pasukan Bayangan. Mengabaikan
peringatan Miss Selena untuk tidak mencari masalah, Ali membuntuti Batozar saat
mereka tidak sengaja berpapasan dengannya di rumah makan. Tanpa sadar, Ali justru memberikan Batozar apa
yang paling dia cari: Raib, Sang Putri Bulan yang memiliki kemampuan ‘berbicara
dengan alam’.
Karena suatu alasan, Batozar terus-menerus memaksa Raib
menggunakan kemampuannya untuk ‘memutar kenangan alam’, bahkan meskipun dia
harus menculik Raib dan kawan-kawan. Dan sementara hubungan mereka dengan
Batozar semakin dekat, memori kelam yang menyelubungi Batozar mulai terkuak.
Masa lalunya yang menyedihkan, serta alasannya membantai habis keluarga salah
satu anggota Komite Klan Bulan.
Sayang
sekali, kadang prasangka mengalahkan keadilan, menutup mata kita atas penjahat
yang sebenarnya. Kadang kita lebih memilih mempercayai apa yang terlihat
daripada kebenaran yang tersembunyi di baliknya. Akibatnya, banyak orang tak
bersalah yang tersakiti.
- * -
Judul:
Komet
Penulis:
Tere Liye
Penerbit: PT
Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman:
372 halaman
Menjadi
pahlawan memang tak kenal libur. Baru beberapa minggu berlalu sejak
kejadian Batozar, kini mereka harus kembali berurusan dengan dunia paralel. Niat
awal untuk melabrak Ali karena menyelundupkan novel Klan Bulan ‘mendamparkan’
mereka di Klan Matahari, di pertemuan perwakilan tiga klan untuk mendiskusikan
rencana selanjutnya setelah Ali membeberkan penemuan terbarunya—sesajak informasi
mengenai portal menuju Klan Komet yag terletak di ‘Pulau dengan Tumbuhan Aneh’
yang dicari Si Tanpa Mahkota.
Sayangnya,
Si Tanpa Mahkota justru memilih penutupan Festival Bunga Matahari Pertama Mekar
tersebut untuk mengumumkan kebebasannya. Sementara antek-anteknya—termasuk
Thamus dan Fala-tara-tana IV—mengacau di sepenjuru stadion, Si Tanpa Mahkota
memanfaatkan keributan yang ada untuk menyelinap ke Klan Komet. Tanpa pikir
panjang, Ali langsung lompat mengikuti Si Tanpa Mahkota, meninggalkan Raib dan
Seli tanpa pilihan kecuali menyusul sohib mereka ke klan antah berantah
tersebut.
Portal itu ternyata membuka ke
sebuah pulau asing dengan fenomena alam yang juga asing. Tidak ada alat
elektronik yang bisa berfungsi, bahkan Buku Kehidupan milik Ra. Tanpa jalan
keluar, mereka terdampar di gugus kepulauan tersebut. Si Tanpa Mahkota mungkin
sudah ratusan langkah di depan mereka, sementara mereka bahkan tidak tahu harus
kemana mencari pulau dengan tumbuhan aneh tersebut. Beruntung seorang pelaut
bernama Max bersedia menjadi nahkoda mereka. Berempat mereka menjelajahi tujuh
pulau di kepulauan tersebut, berusaha menemukan Si Tanpa Mahkota untuk mencegah
kehancuran dunia.
Tanpa
menyadari Sang Musuh justru selama ini tepat berada di depan mata mereka,
bahaya mengintai, menunggu saat yang tepat untuk menyapa.
Di dunia penuh kepalsuan ini, siapapun bisa
menjadi apapun. Pahlawan bisa menjadi Penjahat, teman bisa menjadi musuh.
Pengkhianatan; rasanya hal itu sudah biasa, meskipun tetap menyakitkan. Apalagi
jika Sang Pelaku dulunya orang yang sangat kita percayai.
- * -
Judul:
Komet Minor
Penulis:
Tere Liye
Penerbit:
PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah
Halaman:
Perjumpaan
terakhir Raib, Seli, dan Ali dengan Si Tanpa Mahkota meninggalkan mereka dalam
keadaan tidak berdaya, hanya bisa menatap sementara detik-detik kemenangannya
semakin dekat. Hanya tinggal waktu, portal menuju Komet Minor akan terbuka. Dan
saat itu terjadi, entah bagaimana nasib dunia selanjutnya.
Tapi,
seperti yang selalu diceritakan dongeng lama, kebaikan tidak pernah sendirian.
Persis beberapa saat sebelum portal terbuka, teman lama mereka muncul dalam
portal portabel yang selalul dibawa Ali: Mr. B, yang awalnya mereka kira sudah
mati ditelan tembakan kapsul perang. Bersama dengannya, perjalanan melintasi
Komet Minor si Klan Nomaden tidak terasa begitu susah.
Mereka bertualang ke berbagai kota nomaden di Komet Minor
demi mencegah agar tiga potongan pusaka kuno yang diincar Si Tanpa Mahkota
jatuh ke tangannya. Menembus hutan dengan flora dan fauna aneh, melintasi
tantangan dari para penjaga potongan pusaka demi mendapatkan setiap potong
pusaka sebelum Si Tanpa Mahkota, kemudian mendapati bahwa Sang Pangeran Galau
telah menyerang semua penjaga pusaka yang telah mereka temui.
Rasanya semua hal
itu menjadi sia-sia saat Si Tanpa Mahkota berhasil menyatukan ketiga
potongannya. Dengan kekuatannya sendiri, dia bukanlah tandingan bahkan Mr. B,
apalagi Raib, Seli maupun Ali. Dengan pusaka kuno tersebut, dia menjadi tak
terkalahkan.Tapi bersama-sama, para
‘Penjaga Dunia Paralel’ mungkin dapat menandinginya.
Seperti yang
sudah dibuktikan, ketulusan persahabatan dapat menandingi ambisi dan dendam
dalam hati. Tapi begitu keputusasaan mengambil alih, tidak ada kekuatan lagi
yang tersisa. Karena itulah, mereka membutuhkan satu sama lain. Untuk
mengingatkan, sekuat apapun kegelapan, masih ada cahaya harapan yang tersisa.
- * -
Rasanya
kalau ditanya soal kelebihan buku ini, butuh waktu cukup lama untuk mengingat
dan menceritakan semuanya, saking banyaknya. Yah, di antaranya, petualangan dan
pertarungan seru yang diseimbangkan dengan percikan humor dan debat ringan
antara para tokoh. Semua itu membuat keseluruhuan ceritanya nggak melulu tegang
(karena kita semua perlu istirahat agar tidak setres).
Gaya bahasanya pun
menarik. Baku, tapi nggak kaku. Puitis, meskipun tetap santai. Membuat pembaca
kesusahan meletakkan buku saking tenggelam dalam alur dan plot twist di dalamnya. Cliffhanger
yang menarik bikin kita terus-menerus menantikan buku selanjutnya. Dari
buku ini pula kita bisa memetik banyak pelajaran; tentang persahabatan, tentang
ketulusan, tentang loyalitas, dan banyak hal lagi yang nggak bakal cukup
dibahas semua di sini (bahkan termasuk tentang menghormati alam sekitar dan
menjaganya).
Sebagaimana nggak ada berlian
yang benar-benar sempurna, semua hal pasti punya kekurangan. Jujur saja,
menurutku kalau dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya alur ketiga buku ini agak
kurang menarik. Rasanya, makin lama ceritanya makin datar, jadi kesannya seolah
diulur-ulur. Dan lagi, aku masih heran kenapa Komet dan Komet Minor
dijadikan dua buku terpisah alih-alih satu. Padahal kedua buku ini lebih tipis
dibandingkan buku-buku sebelumnya (kecuali Ceros
dan Batozar). Dan nggak kayak buku-buku sebelumnya yang ada sedikit time skip, cerita kedua buku ini
langsung nyambung satu sama lain. Selain itu, kita sama sekali belum tahu
tentang kehidupan Ali kecuali pertalian darahnya yang mengejutkan dengan
seseorang tertentu (no spoiler!).
Dari kisi-kisinya, kita cuma bisa nebak bahwa ortunya meninggal saat dia lahir,
dan yang selama ini dia bicarakan adalah ilusi indah untuk menutupi kenyatan
pahit di baliknya (seperti biasa).
But well, aku tetep berterima kasih pada Tere Liye yang sudah menulis buku-buku sangar ini. Salut pada beliau yang sudah membuktikan kepada para remaja jaman now bahwa cerita seru nggak melulu tentang romance dan pacaran. Bahkan politik-ekonomi pun dapat mejadi bacaan addiktif jikia diolah dengan baik dengan alur menarik. Yuk dukung beliau dengan cara membeli buku-bukunya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar