Hutan
Tortoiselia
Mereka sampai di sebuah
hutan. Hutan Tortoiselia kata Nory. Mereka melanjutkan perjalanan hingga di
tengah hutan. Di sana, mereka menemukan sesuatu yang menarik. “Kalian, lihat
aku menemukan sesuatu!” panggil Rainblowra. Empat anak yang lain berenang ke
tempat Rainblowra. Benda yang di maksud Rainblowra adalah sebuah batu berwarna
pelangi. Batu itu mengeluarkan cahaya yang terang. Ketika Valonia bertanya nama
batu itu, nory menjawab “Itu adalah Rainbow dust. Batu itu jika ditumbuk,
serbuknya dapat membuat cahaya pelangi yang menyilaukan mata. Caranya lempar
serbuk itu ke arah benda yang akan disilaukan. Cahayanya dapat diperkuat dengan
cermin”. Rainblowra lalu mengantongi batu itu. Ketika mereka menyiapkan tempat untuk
bermalam, Thundera menemukan gua yang cukup luas. Mereka bermalam di situ. Keesokan
harinya, mereka melanjutkan perjalanan. Di mana mana rumput laut yang tinggi
saja yang nampak. “Sial rumput laut ini. Di mana – mana hanya ada benda ini.”
keluh Thundera. Dia lalu menebas serumpun besar rumput laut dengan pedangnya.
Suara tebasan pedang itu mengagetkan Nory. “Thunder, apa yang kau lakukan?”
Tanyanya. “Maaf. Rumput laut ini membuatku kesal. Jadi aku potong saja” jawab
yang ditanya. Setelah itu, rumput laut tersebut tiba tiba saja hilang.
Pemandangan berganti dengan bunga –
bunga bulat berwarna merah dan buih – buih kuning. Tidak ada lagi rumput laut
di kanan kiri mereka. Banyak siput laut merayap di bawah mereka. “Eugh,
pemandangan ini membuatku mual” keluh Flowerina. Hari mulai gelap. Nory
memutuskan bermalam di situ. “Tap-tapi, serangga ini menjijikkan sekali” protes
Rainblowra. “Tidak ada tapi tapian!” ujar Nory. Rainblowra mengeluh “Baiklah,
tapi cari tempat yang tidak ada serangganya ya”. Nory mengajak mereka bermalam
di sebuah tempat yang terlindung Karang runcing. Nory menemukan sebuah tempat
yang terbebas dari karang. Dari sana mereka masuk ke tempat itu. Tempat mereka
bermalam terbuat dari goa yang dilapisi rumput laut. Bagian depannya terlindung
oleh karang runcing yang terletak tidak beraturan. Mereka lalu tidur. Keesokan
harinya, Valonia bangun dan melihat radar. Mereka sudah dekat dengan Galapagia.
“Masih ada dua tempat yang harus kita lewati untuk sampai di Galapagia. Yaitu
Tebing Marianova dan Gunung sluggy river” jelas Nory. Ketika mereka sampai di
tepi sungai hutan Tortoiselia, Flowerina menemukan sepohon buah yang berbentuk
seperti anggur berwarna merah menyala. “Apa ini?” tanya Flowerina. “Ini
geronimo grape. Jika dilempar akan mengeluarkan asap tebal berwarna merah yang
membuat pusing” jawab Nory. Flowerina mengambil dua tangkai geronimo grape.
Mereka lalu beristirahat sejenak di sungai itu. Nory mengambil lima butir
mutiara berwarna biru. “Wah, Singing Pearl. Indahnya” puji rainblowra. “Singing
pearl, Mutiara bernyanyi?” gumam Valonia.
“Makan ini. Jika kalian memakan ini,
kalian dapat mengeluarkan gelombang suara yang besar jika kalian
berteriak” perintah Nory. Masing – masing anak mengambil satu Singing Pearl dan
memakannya. “ Tidak ada perubahan” kata Valonia. Nory tersenyum. “ Perubahannya
tidak di tubuhmu tapi di suaramu”. “ Oh iya Nory, aku akan menumbuk Rainbow
dustku di sini. Kebetulan aku membawa cermin pelangiku” ucap Rainblowra. “Ya
tumbuk saja di sini. Kau membawa wadah? Kalau tidak gunakan daun mangkuk itu.
Untuk menumbuk, aku membawa Diamond” jawab Nory. “ Aku juga akan mencampur
Geronimo grape ini dan meriam melatiku. Kau ikut Thundera?” ajak Flowerina. Thundera mengganguk. Mereka
lalu pergi ke tempat yang banyak terdapat daun mangkuknya. Flowerina mengambil
satu buah Geronimo Grape dan satu kuntum meriam melati. “Pertama, campur serbuk
meriam melati dan serbuk Geronimo Grape. Aduk hingga rata. Ah warnanya jadi
ungu” gumam Flowerina. Thundera memperhatikan dengan penuh minat. “Campur
dengan yellow orchid” Katanya sambil melepas satu bunga anggrek kuning dari
bandonya. Setelah itu, dia menumbuk bunga anggrek kuning itu dengan batu yang
terdapat di situ. Serbuk yang semula berwarna ungu, berubah menjadi kuning.
“Jadi juga, kelinci percobaanya siput itu saja” . Flowerina melemparkan
segenggam serbuk kuning itu ke arah siput laut yang sedang melintas. Ajaib !
siput jadi menari. Mereka lalu kembali ke sungai. Di sana, Rainblowra juga
sudah selesai menumbuk rainbow dustnya. “Mau lihat bagaimana hasilnya
Flowerina?” tawar Rainblowra. Flowerina mengangguk. “Valonia cerminku !” cermin
emas Rainblowra dihadapkan ke arah matahari oleh Valonia. Flowerina mundur
beberapa langkah. Serbuk Rainbow dust dilempar ke cermin oleh Rainblowra.
Cermin itu mengeluarkan pelangi yang amat terang dari bagian yang terkena
rainbow dust. “cantiknya” puji Flowerina. “Bagaimana dengan milikmu?” tanya
Rainblowra. Flowerina melempar serbuknya ke arah siput yang sedang lewat.
Seperti tadi, siput itu juga menari. Semua tertawa melihat siput yang menari
berputar putar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar