Kamis, 25 April 2019

Nggak Ada Lampu? Dunia Aja Diparalel!

  Hai! Sori lama gak aktif. Maklum, kehabisan ide mau posting apa. Eh, betewe, kalian dah baca tiga buku terakhir serial Bumi karya Tere Liye belum? Seru, lho. Buruan beli!

Buat kalian yang nggak sempet beli bukunya ato nggak ada kuota buat donlut versi PDFnya (yang resmi, ofkors), ini aku mau bagi resensinya. Tapi ya gitu, cuma resensi. Kan nggak seru kalo aku spoiler-in seluruh ceritanya. So here it is!
Judul: Ceros dan Batozar
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 359 halaman (+ 2 bonus cerpen)
Kapan lagi bisa menemukan petualangan tak terencana di sela-sela karyawisata?                   

Di tangan Ali si anak ajaib, selalu ada hal tak terduga menunggu. Alat yang dia bawa ke karyawisata sekolah tiba-tiba mendeteksi kekuatan dunia paralel berskala sepuluh! Bayangkan, kekuatan sebesar itu di situs bersejarah yang selama ini menjadi destinasi wisata terkenal.

Kontan saja Ali melupakan karyawisata sekolahnya. Dan di mana Ali berkemauan, dia tak terhentikan. Akhirnya Raib dan Seli pun ikut terseret dalam petualangan dadakan ini. Ditemani ILY, mereka bertualang menuju ruangan misterius di bawah tanah, ruangan yang dijaga sekaligus menjaga dua monster di dalamnya. Di sana mereka berkenalan dengan Aldebaran, klan yang merupakan awal dari semuanya, terutama kekuatan Ali. Di sana pula mereka berkenalan dengan teman baru, si kembar yang selalu menghilang setiap malam.

Tapi demi keluar dari ruangan itu, Ra harus memilih, sohib atau dua teman barunya.
- * -
Seminggu setelah karyawisata, terjadi kehebohan gegara penampakan UFO di langit situs bersejarah terkenal. Benda terbang berbentuk seperti ILY tersebut dikemudikan oleh Batozar, seorang buronan Klan Bulan yang kabur dari penjara dan sedang menghindari Pasukan Bayangan. Mengabaikan peringatan Miss Selena untuk tidak mencari masalah, Ali membuntuti Batozar saat mereka tidak sengaja berpapasan dengannya di rumah makan.  Tanpa sadar, Ali justru memberikan Batozar apa yang paling dia cari: Raib, Sang Putri Bulan yang memiliki kemampuan ‘berbicara dengan alam’.

Karena suatu alasan, Batozar terus-menerus memaksa Raib menggunakan kemampuannya untuk ‘memutar kenangan alam’, bahkan meskipun dia harus menculik Raib dan kawan-kawan. Dan sementara hubungan mereka dengan Batozar semakin dekat, memori kelam yang menyelubungi Batozar mulai terkuak. Masa lalunya yang menyedihkan, serta alasannya membantai habis keluarga salah satu anggota Komite Klan Bulan.                                                                                 

 Sayang sekali, kadang prasangka mengalahkan keadilan, menutup mata kita atas penjahat yang sebenarnya. Kadang kita lebih memilih mempercayai apa yang terlihat daripada kebenaran yang tersembunyi di baliknya. Akibatnya, banyak orang tak bersalah yang tersakiti.
- * -
Judul: Komet
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 372 halaman
Menjadi pahlawan memang tak kenal libur. Baru beberapa minggu berlalu sejak kejadian Batozar, kini mereka harus kembali berurusan dengan dunia paralel. Niat awal untuk melabrak Ali karena menyelundupkan novel Klan Bulan ‘mendamparkan’ mereka di Klan Matahari, di pertemuan perwakilan tiga klan untuk mendiskusikan rencana selanjutnya setelah Ali membeberkan penemuan terbarunya—sesajak informasi mengenai portal menuju Klan Komet yag terletak di ‘Pulau dengan Tumbuhan Aneh’ yang dicari Si Tanpa Mahkota. 
                      
Sayangnya, Si Tanpa Mahkota justru memilih penutupan Festival Bunga Matahari Pertama Mekar tersebut untuk mengumumkan kebebasannya. Sementara antek-anteknya—termasuk Thamus dan Fala-tara-tana IV—mengacau di sepenjuru stadion, Si Tanpa Mahkota memanfaatkan keributan yang ada untuk menyelinap ke Klan Komet. Tanpa pikir panjang, Ali langsung lompat mengikuti Si Tanpa Mahkota, meninggalkan Raib dan Seli tanpa pilihan kecuali menyusul sohib mereka ke klan antah berantah tersebut.                                                                                

Portal itu ternyata membuka ke sebuah pulau asing dengan fenomena alam yang juga asing. Tidak ada alat elektronik yang bisa berfungsi, bahkan Buku Kehidupan milik Ra. Tanpa jalan keluar, mereka terdampar di gugus kepulauan tersebut. Si Tanpa Mahkota mungkin sudah ratusan langkah di depan mereka, sementara mereka bahkan tidak tahu harus kemana mencari pulau dengan tumbuhan aneh tersebut. Beruntung seorang pelaut bernama Max bersedia menjadi nahkoda mereka. Berempat mereka menjelajahi tujuh pulau di kepulauan tersebut, berusaha menemukan Si Tanpa Mahkota untuk mencegah kehancuran dunia.                                                                 

Tanpa menyadari Sang Musuh justru selama ini tepat berada di depan mata mereka, bahaya mengintai, menunggu saat yang tepat untuk menyapa.                                                        

Di dunia penuh kepalsuan ini, siapapun bisa menjadi apapun. Pahlawan bisa menjadi Penjahat, teman bisa menjadi musuh. Pengkhianatan; rasanya hal itu sudah biasa, meskipun tetap menyakitkan. Apalagi jika Sang Pelaku dulunya orang yang sangat kita percayai.
- * -
Judul: Komet Minor
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman:  

Perjumpaan terakhir Raib, Seli, dan Ali dengan Si Tanpa Mahkota meninggalkan mereka dalam keadaan tidak berdaya, hanya bisa menatap sementara detik-detik kemenangannya semakin dekat. Hanya tinggal waktu, portal menuju Komet Minor akan terbuka. Dan saat itu terjadi, entah bagaimana nasib dunia selanjutnya.

Tapi, seperti yang selalu diceritakan dongeng lama, kebaikan tidak pernah sendirian. Persis beberapa saat sebelum portal terbuka, teman lama mereka muncul dalam portal portabel yang selalul dibawa Ali: Mr. B, yang awalnya mereka kira sudah mati ditelan tembakan kapsul perang. Bersama dengannya, perjalanan melintasi Komet Minor si Klan Nomaden tidak terasa begitu susah.  

Mereka bertualang ke berbagai kota nomaden di Komet Minor demi mencegah agar tiga potongan pusaka kuno yang diincar Si Tanpa Mahkota jatuh ke tangannya. Menembus hutan dengan flora dan fauna aneh, melintasi tantangan dari para penjaga potongan pusaka demi mendapatkan setiap potong pusaka sebelum Si Tanpa Mahkota, kemudian mendapati bahwa Sang Pangeran Galau telah menyerang semua penjaga pusaka yang telah mereka temui. 

Rasanya semua hal itu menjadi sia-sia saat Si Tanpa Mahkota berhasil menyatukan ketiga potongannya. Dengan kekuatannya sendiri, dia bukanlah tandingan bahkan Mr. B, apalagi Raib, Seli maupun Ali. Dengan pusaka kuno tersebut, dia menjadi tak terkalahkan.Tapi bersama-sama, para ‘Penjaga Dunia Paralel’ mungkin dapat menandinginya. 

Seperti yang sudah dibuktikan, ketulusan persahabatan dapat menandingi ambisi dan dendam dalam hati. Tapi begitu keputusasaan mengambil alih, tidak ada kekuatan lagi yang tersisa. Karena itulah, mereka membutuhkan satu sama lain. Untuk mengingatkan, sekuat apapun kegelapan, masih ada cahaya harapan yang tersisa.
- * -
Rasanya kalau ditanya soal kelebihan buku ini, butuh waktu cukup lama untuk mengingat dan menceritakan semuanya, saking banyaknya. Yah, di antaranya, petualangan dan pertarungan seru yang diseimbangkan dengan percikan humor dan debat ringan antara para tokoh. Semua itu membuat keseluruhuan ceritanya nggak melulu tegang (karena kita semua perlu istirahat agar tidak setres). 

Gaya bahasanya pun menarik. Baku, tapi nggak kaku. Puitis, meskipun tetap santai. Membuat pembaca kesusahan meletakkan buku saking tenggelam dalam alur dan plot twist di dalamnya. Cliffhanger yang menarik bikin kita terus-menerus menantikan buku selanjutnya. Dari buku ini pula kita bisa memetik banyak pelajaran; tentang persahabatan, tentang ketulusan, tentang loyalitas, dan banyak hal lagi yang nggak bakal cukup dibahas semua di sini (bahkan termasuk tentang menghormati alam sekitar dan menjaganya).

Sebagaimana nggak ada berlian yang benar-benar sempurna, semua hal pasti punya kekurangan. Jujur saja, menurutku kalau dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya alur ketiga buku ini agak kurang menarik. Rasanya, makin lama ceritanya makin datar, jadi kesannya seolah diulur-ulur. Dan lagi, aku masih heran kenapa Komet dan Komet Minor dijadikan dua buku terpisah alih-alih satu. Padahal kedua buku ini lebih tipis dibandingkan buku-buku sebelumnya (kecuali Ceros dan Batozar). Dan nggak kayak buku-buku sebelumnya yang ada sedikit time skip, cerita kedua buku ini langsung nyambung satu sama lain. Selain itu, kita sama sekali belum tahu tentang kehidupan Ali kecuali pertalian darahnya yang mengejutkan dengan seseorang tertentu (no spoiler!). Dari kisi-kisinya, kita cuma bisa nebak bahwa ortunya meninggal saat dia lahir, dan yang selama ini dia bicarakan adalah ilusi indah untuk menutupi kenyatan pahit di baliknya (seperti biasa). 

But well, aku tetep berterima kasih pada Tere Liye yang sudah menulis buku-buku sangar ini. Salut pada beliau yang sudah membuktikan kepada para remaja jaman now bahwa cerita seru nggak melulu tentang romance dan pacaran. Bahkan politik-ekonomi pun dapat mejadi bacaan addiktif jikia diolah dengan baik dengan alur menarik. Yuk dukung beliau dengan cara membeli buku-bukunya!
                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar