Selasa, 09 Januari 2018

Day By Day (Catatan ASMOPS 2017) Bagian 1



Kamis, 16-11-17 

Sekarang aku lagi ada di Jakarta, tepatnya di Pop Hotel. Tahu nggak, aku lolos ASMOPS lho, ke Thailand! Omigosh,  feel wow gitu lah. Ini pertama kalinya aku naik pesawat, apalagi ke luar negeri. 

Dari IPA SD selain aku ada Afnan dari Cilacap, Evan dari Balikpapan, Raya dari Bali, Fachri dari Banyuwangi, sama Nathan. Kalau MTK SD ada Timmy, Josephine, Mafazi yang aku cuma tahu namanya, sama anak lainnya yang nggak aku kenal.

Aku berangkat ke Jakarta bareng Timmy sama Tante Fefe, mamanya Tim. Sebenarnya Tante Fefe juga ikut sampai ke Thailandnya juga sih. Mama sama Papa kan nggak mungkin ikut berangkat, terlalu mahal. Jadinya ya aku dititipin ke Tante Fefe. Asyik sih asyik-asyik aja, tapi rasanya jadi nggak enak sama Tante Fefe. Apalagi Tante Fefe terlalu baik, semua ditraktir. Rasanya kayak sia-sia aja aku bawa uang buat makan di bandara. Aku juga nggak enak sama Tim, soalnya dia jadi kayak dicuekin gitu lah. Tapi memang dari sananya pendiam sih. 
                    

Btw, itu kan pesertanya diminta latihan nari ondel-ondel buat cultural night di hari ketiga di Thailand. Aku sih untung. Walau mepet, setidaknya aku dah latihan, dikasih link tutorialnya sama Tante Fefe. Jadi gerakannya nggak terlalu kaku. Tapi yang cowok, ampun dah! Mereka itu lebih parah dari tentara nari deh, saking kakunya. Malahan dua anak ASMO, Ko Jimmy sama Ko Roger malah nggak mau nari. Mereka akhirnya sama Kak Ilyas disuruh menjelaskan tentang ondel-ondel.

 Itu kan waktu latihan posisiku di antara Afnan sama Raya, selama latihan itu aku bolak-balik ketawa lihat sekilas gerakannya Afnan. Ternyata setelah aku tanya satu-satu, hampir semuanya gak latihan. Aku nggak nanyain yang ASMO sih, rada minder mau nanyain kakak-kakak SMP. Mereka pd (percaya diri) banget deh, yang penting nari!   Waktu di sana, aku sempet mbawa tim tam ke dalam ruang meeting. Tak tawarin ke Josephine sama cowok-cowok. Lha dalah, yang cowok itu dengan pdnya rebutan tim tamku. Awalnya mereka cuek-cuek aja, terus satu persatu tangan nyomot biskuitnya. Untung aku bawa dua. Yang satu itu juga tak bagi-bagikan. Nggak sampe setengah menit sudah habis! 

Besok kami berangkat ke Thailand. Sayang aku nggak satu pesawat sama Timmy n Tannte Fefe. Tante Fefe naik Malaysia Airline, sedangkan aku naik Malindo. Aku sepesawat Afnan, Mafazi, Evan, Fernando, Ko Aaron, Ko Axel, Ko Jimmy, Ko Roger, sama Ko Aurel, didampingi Kak Faris. Nanti kami transit sekali di Kuala Lumpur, baru lanjut ke bandara Thailand. Lumayanlah. Sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui. Baru naik satu pesawat sudah dapet dua cap :p.


Jum’at, 17 -11-17 
 
Nanti kami yang naik Malindo berangkat duluan, sekitar jam sembilan pagi. Terus gantian M.A jam sebelas-an. Waktu mau ke bandara Soetta, yang SD, kecuali Mafazi dan koper-koper berangkat duluan pakai satu mobil, disusul sama SMP bareng Kak Faris dan Mafazi. Ternyata anak-anak yang lain juga asyik. Apalagi si Afnan itu. Dia persis kayak badut deh kocaknya.

 Perjalanan kami dari Pop Hotel ke Soetta kerasa nggak begitu lama. Nggak tahu memang karena jaraknya nggak jauh atau karena aku terlalu asyik ndengerin para cowok ngobrol. 

Kami nunggu mobil kedua dulu di luar pintu masuk bandara, baru terus masuk ke bandaranya. Di bandaranya juga kita masih nunggu, nggak tahu nunggu apa. Selama nunggu, si Afnan itu malah mainan pake troli buat ngangkut koper. Kocak banget kelakuannya, persis kayak badut. Bayi badut lebih tepatnya. Aku sampe ngerekam saking lucunya. Dapet tiga atau dua video, plus beberapa foto. Malahan itu aku kirim di grup ASMOPS. Yang rekaman kedua atau keberapa, si Fernando ikut mainan trolinya. Didorong muter-muter dengan Afnan masih  ada di atasnya 

Di sana kami juga sempat ketemu sama rombongannya M.A, tapi karena jadwal terbangnya beda, akhirnya kami berpisah. Aku nggak inget di sana kami sempet foto-foto atau nggak. Yang jelas pada akhirnya kami masuk. 
  
Di sana kami nggak langsung masuk gate, istirahat dulu sambil nunggu waktu boardingnya. Paspor sama Kak Faris diminta ngumpulin biar nggak hilang. Ternyata waktu dicek, paspornya Ko Jimmy nggak ada. Ko Jimmy nggak percaya, katanya seingat dia sudah dia kumpulin ke Kak Faris. Tapi waktu dicek ulang, tetap nggak ada. Aku dah mulai iseng aja waktu itu, manas-manasin semoga paspornya ilang betulan. Yang lainnya juga ikut manas-manasin. Sayang akhirnya paspornya ketemu di dasar ranselnya Ko Jimmy :P. Habis paspornya ketemu, beberapa menit kemudian Kak Faris ngajak masuk gate.   

Aslinya di bangkuku, bangku 11, ada Aku, Afnan, sama Ko Jimmy. Tapi terus Ko Jimmy tuker sama Fernando. Aku sebelahan sama Afnan. Aku nggak papa sih, sebelahan sama cowok, oke-oke aja. Yang bikin kesel itu terus Afnan minta permenku nggak cuma satu-dua, habis gitu bareng Fernando masih ngemil jetz yang aku bawa buat camilan. Geli juga sih ngelihatnya.  

 Akhirnya, setelah berjam-jam terapung di udara, telinga ndenging terus, pesawat mendarat di Kuala Lumpur International Airport. Karena penerbangan selanjutnya masih agak lama, Kak Faris ngajak kami turun dulu di bandara. Di sana kami sempet jalan-jalan sebentar, naik skytrain ke bagian bandara yang lain. Di sana kami beli makan siang. Sebagian ada yang beli burgerking, sebagian lagi beli roti di toko lain. Enak, di sana aku sama Afnan dibeliin makan sama Kak Faris. 

Di bandaranya aku lihat banyak turis selain rombongan Indonesia. Ada rombongan dari Cina, ada sekelompok bule, sama ada beberapa orang India. Setidaknya sepenglihatanku turisnya lebih banyak daripada di Soetta, apalagi di Juanda.  Di dekat terminal skytrain, kami ketemu lagi sama rombongan M.A. Cuma kami reuniannya nggak bisa lama-lama, soalnya bentar lagi yang Malindo udah take-off ke Bandara Don Mueang, Bangkok.

Waktu di bandara, pas pengambilan bagasi, koper kita semuanya sudah di ambil, kecuali kopernya Ko Roger. Itu Ko Roger malah sudah ngelongok ke balik tirai yang membatasi antara batas pengambilan sama tempat kopernya ditaruh di ban berjalan. Sampai koper yang pertama muncul muncul lagi, kopernya Ko Roger masih belum ada. Ditunggu beberapa putaran lagi, masih tetep nggak ada. Aku waktu itu udah mulai pingin iseng lagi, manas-manasin semoga kopernya ilang. Kata Ko Axel, mending Ko Roger jangan dibikin marah. Kalo ngamuk serem. Aku sih percaya aja, soalnya memang Ko Roger itu ngomongnya (maaf) wow banget. Akhirnya Kak Faris nanyain ke securitynya. Katanya, memang kopernya Ko Roger ketinggalan di KL. Ya udah, sama Kak Faris di ajak ke ‘lobi bandara. Di dekat sana kan ada toko yang jual SIM card. Langsung aja, Evan, Afnan, Ko Jimmy, sama Ko Roger nyerbu tokonya, beli SIM card. Ya ampun, mereka itu belinya lama banget lagi. 

Di ‘lobi’ bandara sudah ada tim penjemput dari panitia ASMOPS Thailand. Di sana juga udah ada peserta dari negara lain. Malaysia kelihatannya. Anak-anak ASMOPS dianter Miss Vasa, salah satu panitia Thailand, ke Boutique City Hotel di Pattaya duluan. Di minibus itu ada dua anak ASMO dari Malaysia sama tiga anak lain nggak tahu dari mana. Afnan, Evan, sama Fernando sempat ngobrol pake bahasa melayu dicampur sedikit bahasa inggris sama mereka. Aku inget, waktu itu kan kami yang dari Indonesia lagi ngomongin apa gitulah, pokoknnya sempet nyinggung-nyinggung Malaysia. Nah, kita kan seringnya ngomong Malaysia ya ‘Ma-lei-sya’. Itu sama mereka dikomplen. Katanya, “No, no, no. Not ‘Ma-lei-sya’, but ‘Ma-lay-sia’”  

 Di Boutique City Hotelnya, kami diminta makan malam dulu, baru ngambil kunci kamar. Udah gitu kami disuruh nunggu teman sekamarnya lagi. Afnan sama Evan sih enak, mereka sekamar. Tapi aku, Mafazi, sama Fernando teman sekamarnya ikut rombongan M.A. Untunglah, Kak Faris bisa ngelobi panitia biar mbolehin kami masuk kamar. Kalau nggak, kami bakalan tidur di lobby hotel tuh. Soalnya rombongan M.A baru datang sekitar jam 11-12 malam. Untungnya waktu itu aku belum tidur. Yang melas itu teman sekamarnya Mafazi, Pak Arie. Dia nggak bisa masuk kamar karena kuncinya dibawa Mafazi. Lha Mafazinya ketiduran di kamarnya Nando, yang aku nggak tahu di kamar no. berapa.

Terus aku diceritain Bu Ani, teman sekamarku, kalau pesawatnya sempat delay, makanya telat datangnya. Kasihan. Oh ya. Hotelnya bagus banget. Mewah. Nggak heran, bintang lima kok. Tapi tetep aja, aku nggak terlalu cocok sama masakannya.

Minggu, 18-11-17


Hari ini jadwalnya padet juga ya. Susul menyusul tiada habisnya. Bayangin, pagi habis sarapan langsung opening ceremony sampe siang. Habis itu lunch, terus langsung theoritical round sampe sore. Agak nervous juga sih, takut aku nggak bisa ngerjain soalnya. Soalnya kan, dengan begitu banyak wali murid membantu ini-itu, begitu banyak guru, kan eman kalo pulang-pulang nggak bawa apa-apa.

 Aku awalnya masih bingung, jadinya pas opening ceremony pake baju batik atau seragam. Kata Bu Ani, mendingan waktu sarapan pake baju bebas dulu aja, nanti dilihat yang lainnya pake baju batik atau seragam. Ya udah, mending gitu aja, daripada saltum. 

 Di bawah belum banyak orangnya. Malahan yang dari Indonesia baru aku sama Bu Ani. Aku ngambil nasi goreng beberapa sendok, lalu duduk di meja paling pojok, nunggu yang lain. Setelah nunggu beberapa menit, yang lain mulai berdatangan. Mulai dari Raya, Evan, Mafazi, dll. Kulihat mereka pada pake seragam merah-putih. Ya udah, aku ganti pake seragam. 

 Opening ceremonynya bertempat di Grand Ballroom di lantai 4. Di sana udah banyak peserta dari negara-negara lain, tapi belum ada yang masuk ruangan. Memang sebenarnya itu belum waktunya masuk sih. Sambil nunggu kami sama delegasi dari negara-negara lain foto-foto dulu.

 Opening ceremony itu pada dasarnya Cuma kayak pengenalan delegasi sama penjelasan tentang ASMOPS & ASMO. Sebenarnya sederhana, tapi membosankan banget. Masalahnya itu, si mcnya ngomong pake bahasa inggris sama bahasa cina. Udah gitu inggrisnya susah dipahami lagi, bikin ngantuk. Ya udah, daripada ketiduran, mending aku ngobrol aja sama temen-temen. Habis pengenalan delegasi ada penampilan boxing dance. Yang nari anak-anak kecil, mungkin masih TK. Wih, kostumnya itu, wow banget. Yang cewek lho cuma pakai kayak kain yang dililitkan melintang di dada sama rok pendek. Nyaris telanjang. Tariannya sih oke-oke aja. Cuma kostumnya yang bermasalah. 

Habis opening ceremony, kami makan siang dulu, baru terus ke ruangan setiap level untuk individual round. Aku sebenarnya cemas gak bisa ngerjain soalnya. Lagian, dengan begitu banyak bantuan dan do’a, rasanya eman, kalo udah jauh-jauh ke Pattaya, pulang nggak bawa apa-apa.


                                    
Untunglah, ternyata soalnya nggak terlalu susah. Malahan itu ada satu soal yang lucu. Soalnya itu tentang gasohol, atau gas alkohol. Alkohol yang digunakan dalam gasohol itu dibuat dari fermentasi jagung. Nah, pertanyaannya, disuruh menjelaskan hubungan gasohol dengan kenaikan harga cereal. Thanks to Uncle Rick, sekarang tiap ada sesuatu yang berhubungan dengan jagung, pasti yang paling ‘nyantol’ di pikiranku jagungnya. Sama seperti yang ini. Habis mbaca soalnya, nyaris ketawa waktu lihat pertanyaannya, jawaban yang muncul di pikiranku adalah jagung. Penjelasan kenapa jawabannya jagung bisa kalian cari tahu sendiri. 

            Sisa hari itu berjalan seperti biasa, terlalu biasa untuk diceritakan, jadi, aku akan skip langsung ke hari Senin. (bersambung)

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar