Selasa, 23 Juni 2015

adventure in mermaid world (part 3)



                                Hutan Tortoiselia

Mereka sampai di sebuah hutan. Hutan Tortoiselia kata Nory. Mereka melanjutkan perjalanan hingga di tengah hutan. Di sana, mereka menemukan sesuatu yang menarik. “Kalian, lihat aku menemukan sesuatu!” panggil Rainblowra. Empat anak yang lain berenang ke tempat Rainblowra. Benda yang di maksud Rainblowra adalah sebuah batu berwarna pelangi. Batu itu mengeluarkan cahaya yang terang. Ketika Valonia bertanya nama batu itu, nory menjawab “Itu adalah Rainbow dust. Batu itu jika ditumbuk, serbuknya dapat membuat cahaya pelangi yang menyilaukan mata. Caranya lempar serbuk itu ke arah benda yang akan disilaukan. Cahayanya dapat diperkuat dengan cermin”. Rainblowra lalu mengantongi batu itu.  Ketika mereka menyiapkan tempat untuk bermalam, Thundera menemukan gua yang cukup luas. Mereka bermalam di situ. Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan. Di mana mana rumput laut yang tinggi saja yang nampak. “Sial rumput laut ini. Di mana – mana hanya ada benda ini.” keluh Thundera. Dia lalu menebas serumpun besar rumput laut dengan pedangnya. Suara tebasan pedang itu mengagetkan Nory. “Thunder, apa yang kau lakukan?” Tanyanya. “Maaf. Rumput laut ini membuatku kesal. Jadi aku potong saja” jawab yang ditanya. Setelah itu, rumput laut tersebut tiba tiba saja hilang. Pemandangan berganti  dengan bunga – bunga bulat berwarna merah dan buih – buih kuning. Tidak ada lagi rumput laut di kanan kiri mereka. Banyak siput laut merayap di bawah mereka. “Eugh, pemandangan ini membuatku mual” keluh Flowerina. Hari mulai gelap. Nory memutuskan bermalam di situ. “Tap-tapi, serangga ini menjijikkan sekali” protes Rainblowra. “Tidak ada tapi tapian!” ujar Nory. Rainblowra mengeluh “Baiklah, tapi cari tempat yang tidak ada serangganya ya”. Nory mengajak mereka bermalam di sebuah tempat yang terlindung Karang runcing. Nory menemukan sebuah tempat yang terbebas dari karang. Dari sana mereka masuk ke tempat itu. Tempat mereka bermalam terbuat dari goa yang dilapisi rumput laut. Bagian depannya terlindung oleh karang runcing yang terletak tidak beraturan. Mereka lalu tidur. Keesokan harinya, Valonia bangun dan melihat radar. Mereka sudah dekat dengan Galapagia. “Masih ada dua tempat yang harus kita lewati untuk sampai di Galapagia. Yaitu Tebing Marianova dan Gunung sluggy river” jelas Nory. Ketika mereka sampai di tepi sungai hutan Tortoiselia, Flowerina menemukan sepohon buah yang berbentuk seperti anggur berwarna merah menyala. “Apa ini?” tanya Flowerina. “Ini geronimo grape. Jika dilempar akan mengeluarkan asap tebal berwarna merah yang membuat pusing” jawab Nory. Flowerina mengambil dua tangkai geronimo grape. Mereka lalu beristirahat sejenak di sungai itu. Nory mengambil lima butir mutiara berwarna biru. “Wah, Singing Pearl. Indahnya” puji rainblowra. “Singing pearl, Mutiara bernyanyi?” gumam Valonia.  “Makan ini. Jika kalian memakan ini,  kalian dapat mengeluarkan gelombang suara yang besar jika kalian berteriak” perintah Nory. Masing – masing anak mengambil satu Singing Pearl dan memakannya. “ Tidak ada perubahan” kata Valonia. Nory tersenyum. “ Perubahannya tidak di tubuhmu tapi di suaramu”. “ Oh iya Nory, aku akan menumbuk Rainbow dustku di sini. Kebetulan aku membawa cermin pelangiku” ucap Rainblowra. “Ya tumbuk saja di sini. Kau membawa wadah? Kalau tidak gunakan daun mangkuk itu. Untuk menumbuk, aku membawa Diamond” jawab Nory. “ Aku juga akan mencampur Geronimo grape ini dan meriam melatiku. Kau ikut Thundera?”  ajak Flowerina. Thundera mengganguk. Mereka lalu pergi ke tempat yang banyak terdapat daun mangkuknya. Flowerina mengambil satu buah Geronimo Grape dan satu kuntum meriam melati. “Pertama, campur serbuk meriam melati dan serbuk Geronimo Grape. Aduk hingga rata. Ah warnanya jadi ungu” gumam Flowerina. Thundera memperhatikan dengan penuh minat. “Campur dengan yellow orchid” Katanya sambil melepas satu bunga anggrek kuning dari bandonya. Setelah itu, dia menumbuk bunga anggrek kuning itu dengan batu yang terdapat di situ. Serbuk yang semula berwarna ungu, berubah menjadi kuning. “Jadi juga, kelinci percobaanya siput itu saja” . Flowerina melemparkan segenggam serbuk kuning itu ke arah siput laut yang sedang melintas. Ajaib ! siput jadi menari. Mereka lalu kembali ke sungai. Di sana, Rainblowra juga sudah selesai menumbuk rainbow dustnya. “Mau lihat bagaimana hasilnya Flowerina?” tawar Rainblowra. Flowerina mengangguk. “Valonia cerminku !” cermin emas Rainblowra dihadapkan ke arah matahari oleh Valonia. Flowerina mundur beberapa langkah. Serbuk Rainbow dust dilempar ke cermin oleh Rainblowra. Cermin itu mengeluarkan pelangi yang amat terang dari bagian yang terkena rainbow dust. “cantiknya” puji Flowerina. “Bagaimana dengan milikmu?” tanya Rainblowra. Flowerina melempar serbuknya ke arah siput yang sedang lewat. Seperti tadi, siput itu juga menari. Semua tertawa melihat siput yang menari berputar putar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar